Mahayana adalah salah satu aliran utama dalam Buddhisme, yang berkembang pesat dan berbeda dari tradisi awal (kemudian disebut Theravada). Nama “Mahayana” berarti “Kendaraan Besar” atau “Jalan Agung,” menunjukkan aspirasinya untuk membawa lebih banyak makhluk menuju pencerahan. Aliran ini menekankan konsep Bodhisattva, sebuah cita-cita altruistik untuk menunda Nirvana demi membantu orang lain.
Perkembangan Mahayana dimulai sekitar abad ke-1 SM di India, sebagai respons terhadap apa yang dirasakan sebagai formalisme dan penekanan berlebihan pada pembebasan individu dalam aliran-aliran awal. Para pengikutnya mencari jalan yang lebih inklusif dan berorientasi pada kasih sayang, memungkinkan lebih banyak orang untuk mencapai pencerahan.
Salah satu prinsip kunci Mahayana adalah ideal Bodhisattva. Bodhisattva adalah seseorang yang telah mencapai pencerahan tetapi memilih untuk tidak memasuki Nirvana demi membantu semua makhluk lain mencapai pencerahan. Sumpah Bodhisattva adalah inti dari praktik Mahayana, mendorong belas kasih dan altruisme tanpa batas.
Ajaran Sunyata (kekosongan) juga merupakan doktrin fundamental. Sunyata bukan berarti tidak ada apa-apa, melainkan bahwa segala fenomena tidak memiliki keberadaan yang independen atau intrinsik. Pemahaman ini membantu melepaskan kemelekatan dan memahami sifat ilusi dari realitas yang tampak, membawa pada kebijaksanaan.
Mahayana juga memperkenalkan konsep Buddha-nature (Tathagatagarbha), yaitu potensi pencerahan yang inheren dalam setiap makhluk hidup. Ini memberikan harapan dan motivasi bahwa setiap orang memiliki benih kebuddhaan di dalam dirinya, terlepas dari kondisi saat ini, dan dapat dikembangkan melalui praktik.
Teks-teks sutra yang luas dan beragam menjadi ciri khasnya , termasuk Sutra Hati, Sutra Intan, dan Sutra Teratai. Sutra-sutra ini memperkenalkan ajaran-ajaran baru dan perspektif yang lebih mendalam mengenai pencerahan, kebijaksanaan, dan belas kasih, memperkaya khazanah filosofi Buddhis.
Penyebaran Mahayana terjadi di berbagai wilayah Asia, termasuk Tiongkok, Tibet, Korea, Jepang, dan Vietnam. Di setiap wilayah, Mahayana beradaptasi dengan budaya lokal, menghasilkan berbagai sekte dan tradisi unik seperti Zen, Tanah Murni, dan Buddhisme Tibet, menunjukkan fleksibilitasnya.
Meskipun memiliki perbedaan dengan Theravada, tetap berakar pada ajaran dasar Sang Buddha seperti Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Berunsur Delapan. Kedua aliran ini berbagi tujuan yang sama: mengakhiri penderitaan. Mahayana menawarkan jalan yang lebih luas dan welas asih bagi banyak orang untuk mencapai pencerahan.