Integritas, atau kejujuran yang utuh, adalah pondasi karakter yang harus dibangun sejak dini, terutama di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang merupakan masa transisi kritis bagi remaja. Di tengah tekanan akademis dan tuntutan sosial, kecurangan seringkali dianggap sebagai jalan pintas yang merusak nilai fundamental ini. Namun, gerakan untuk melawan budaya ini tidak harus selalu datang dari pihak sekolah; justru, kampanye paling efektif seringkali lahir dari siswa itu sendiri. Ketika siswa memutuskan untuk menjadi agen perubahan, mereka menggerakkan sebuah kekuatan yang disebut Vocal for Integrity. Inisiatif ini menekankan bahwa setiap siswa memiliki suara dan peran aktif dalam menciptakan lingkungan belajar yang jujur, di mana keberhasilan didasarkan pada usaha keras dan kemampuan yang sebenarnya.
Salah satu bentuk nyata dari Vocal for Integrity adalah pembentukan Duta Integritas atau Kelompok Peer Counselor di kalangan siswa. Kelompok ini bertugas mengawasi dan memberikan edukasi kepada teman sebaya mengenai pentingnya bersikap jujur, baik dalam ujian, pengumpulan tugas, maupun dalam interaksi sehari-hari. Di SMP Negeri 10 Surabaya, misalnya, pada hari Rabu, 10 September 2025, sebanyak 25 siswa terpilih dari kelas 8 dan 9 resmi dilantik sebagai Duta Integritas. Mereka bekerja sama dengan Guru Bimbingan Konseling (BK) untuk menyusun program sosialisasi dan pendampingan bagi siswa lain. Program ini bertujuan menekan angka pelanggaran ringan, khususnya terkait plagiarisme tugas dan kecurangan saat ulangan harian.
Inisiatif Vocal for Integrity juga diwujudkan melalui platform digital. Siswa-siswa ini aktif membuat konten edukatif dan campaign singkat melalui media sosial sekolah, menyebarkan pesan tentang bahaya jangka panjang dari ketidakjujuran, yang dapat merusak kredibilitas diri di masa depan. Mereka tidak hanya memberikan teguran, tetapi juga menawarkan dukungan bagi teman yang kesulitan belajar, mengurangi dorongan untuk berbuat curang. Selain itu, Vocal for Integrity diperkuat dengan komitmen nyata dari pihak sekolah dan orang tua. Komite Sekolah pada pertemuan terakhir di bulan Oktober 2025 mengeluarkan pernyataan bersama yang menekankan bahwa orang tua dilarang membantu anak mereka secara berlebihan dalam mengerjakan tugas, menegaskan pentingnya proses belajar mandiri yang jujur.
Dampak dari gerakan Vocal for Integrity ini cukup signifikan. Sekolah yang menerapkan program sejenis melaporkan adanya perubahan positif. Berdasarkan laporan evaluasi akademik yang diumumkan pada akhir semester genap tahun ajaran 2024/2025, persentase kasus kecurangan yang teridentifikasi selama pelaksanaan ujian sekolah dilaporkan menurun hingga 15% dibandingkan semester sebelumnya. Angka ini membuktikan bahwa edukasi yang disampaikan langsung dari siswa ke siswa lainnya, didukung oleh nilai-nilai yang mereka yakini bersama, memiliki daya dorong yang jauh lebih kuat dalam membangun budaya akademik yang berintegritas dan jujur.